Kabar Duka Menyelimuti Dunia Pers Indonesia: Wina Armada Sukardi Berpulang

Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun

Allahumaghfirlaha warhamha waa’fiha wafu’anha

Duka mendalam menyelimuti jagat pers Tanah Air. Kamis sore, sekitar pukul 15:59 WIB, salah satu putra terbaik bangsa, Wina Armada Sukardi, telah berpulang ke hadapan Ilahi Rabbi. Kepergian sosok yang dikenal luas sebagai pakar hukum dan etika pers ini meninggalkan lubang kosong yang sulit tergantikan. Semoga almarhumah diterima segala amal ibadahnya, diampuni segala dosa dan kekhilafannya, serta mendapat tempat yang mulia di Surga-Nya Allah SWT. Aamiin Yaa Rabbal’alamiin.

Berita duka ini disampaikan oleh Prof. Dr. Satya Arinanto, S.H., M.H., Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia, sebuah institusi yang juga menjadi almamater bagi almarhum Wina Armada Sukardi.

 

Jejak Dedikasi dan Warisan Abadi Sang Penjaga Etika Pers

 

Wina Armada Sukardi, yang lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1959, adalah sosok yang tak terpisahkan dari perjalanan dan perkembangan pers Indonesia modern. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini mendedikasikan hidupnya untuk menjunjung tinggi etika dan profesionalisme jurnalistik.

 

Perannya sangat krusial di Dewan Pers, di mana ia menjabat selama dua periode (2004-2010), memimpin Komisi Hukum dan Perundang-Undangan. Selain itu, sebagai Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat (2003-2008), ia memperkokoh fondasi kebebasan pers yang bertanggung jawab. Kecerdasan dan integritasnya dalam bidang hukum dan etika pers menjadikannya saksi ahli yang kerap dimintai pendapat di berbagai persidangan dan penyidikan, memberikan pencerahan pada kasus-kasus pelik terkait dunia media.

 

Karya-karyanya yang monumental, seperti buku “Wajah Hukum Pidana Pers” dan “Menggugat Kebebasan Pers”, telah menjadi rujukan penting bagi para praktisi dan akademisi. Ia tak hanya menulis, tetapi juga menjadi editor bagi banyak karya lain, menandakan kepeduliannya yang mendalam terhadap literasi hukum pers.

 

Perjalanan Jurnalistik Penuh Warna

Wina Armada Sukardi bukan hanya seorang akademisi dan praktisi hukum, melainkan juga seorang jurnalis sejati dengan pengalaman yang luar biasa. Sejak bangku SMP, ia telah menunjukkan bakat menulisnya, mengukir jejak di berbagai media prestisius:

* Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi harian umum Merdeka.

* Wakil Pemimpin Redaksi majalah hukum Forum Keadilan.

* Wakil Pemimpin Umum majalah Vista.

* Redaktur majalah ilmiah Hukum dan Pembangunan.

* Redaktur Pelaksana harian Prioritas (yang dibredel).

* Redaktur Pelaksana majalah berita Fokus (yang juga dibredel).

* Reporter radio dan pengasuh acara Ilmu-ilmu Sosial Radio Arief Rachman Hakim (ARH).

* Redaktur Hukum dan Ekonomi Televisi Pendidikan Indonesia (TPI).

* Reporter surat kabar kampus Salemba (dibredel).

* Bahkan, ia pernah menjadi presenter televisi dan karya tulisannya menghiasi halaman Kompas serta majalah Horizon.

Pengalaman panjangnya ini mencerminkan betapa ia telah melewati berbagai fase sejarah pers Indonesia, termasuk masa-masa penuh tantangan pembredelan. Sejak 2008, dedikasinya berlanjut sebagai Anggota Dewan Pengurus

 

Yayasan Multimedia Adinegoro yang menaungi Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS), memastikan regenerasi jurnalis berkualitas terus berjalan.

Visi Merdeka dan Semangat Pantang Menyerah

Salah satu momen yang sangat diingat adalah ketika pada 29 September 2003, Wina Armada dipercaya menakhodai Harian Merdeka sebagai penanggung jawab umum dan pemimpin redaksi. Harian ini memiliki sejarah yang sangat agung, terbit hanya 44 hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

 

Bagi Wina, memimpin Merdeka adalah sebuah kehormatan dan tantangan besar. Ia berobsesi menjadikan Merdeka penerbitan besar yang bertahan lama, namun dengan tetap menonjolkan visi kenasionalan, independen, dan berwawasan abad ke-21.

“Menakhodai koran Merdeka akan berbeda dari koran-koran lain. Itu karena nama besar Merdeka sejak awal,” ujarnya kala itu, menunjukkan rasa hormatnya terhadap warisan sejarah koran tersebut.

 

Wina tidak gentar menghadapi persaingan media yang kian sengit. Ia yakin dengan kiat-kiat rahasianya, yang terpenting adalah menjunjung tinggi profesionalisme. Semangat ini pula yang membawanya dan rekan-rekan berhasil mendirikan Forum Keadilan di tengah persaingan ketat. “Dulu waktu saya dan teman-teman mendirikan Forum juga ada pertanyaan seperti itu. Mampu apa tidak bersaing di bisnis yang persaingannya sangat ketat. Namun, akhirnya kami berhasil juga,” kenangnya.

Sosok yang memiliki hobi memelihara burung kicau ini adalah seorang ayah yang bangga dengan ketiga anaknya: Kautsar Armada Sukardi, Fath Armada Sukardi, dan Raad Armada Sukardi. Namanya jauh lebih populer di jagat pers Indonesia, bahkan melampaui kakek dan ayahnya, sebuah bukti nyata dari dedikasi dan kontribusinya yang tak terbantahkan.

 

Kepergian Wina Armada Sukardi adalah kehilangan besar bagi bangsa, khususnya dunia pers. Namun, semangat, karya, dan dedikasinya akan selalu menjadi penerang bagi generasi jurnalis dan pegiat hukum di masa depan. Selamat jalan, Wina Armada Sukardi. Terima kasih atas segala warisan ilmu dan perjuanganmu.(**)

 

Komentar