Mafia Minyak Ilegal di Riau Kian Terbuka: Gudang Nuri Silalahi di Kandis Viral di TikTok, Ratusan Ribu Penonton Sorot Dugaan Penimbunan BBM Subsidi

Hukrim, politik, Polri76 Dilihat

Siak – Aroma permainan mafia minyak ilegal di Riau semakin menyengat dan sulit ditutupi. Fakta terbaru yang ditemukan di lapangan menyeret nama Nuri Silalahi, seorang pengusaha yang disebut-sebut memiliki gudang penimbunan BBM ilegal di Simpang Gelombang, Kandis. Gudang tersebut diduga menjadi titik transit utama distribusi minyak suling ilegal atau “cong” yang diselundupkan dari Provinsi Jambi.

 

Hampir setiap hari, mobil colt diesel bermuatan penuh minyak ilegal keluar masuk Riau melalui jalur Lintas Timur. Skemanya terkesan rapi, terorganisir, dan sistematis. Para sopir mengaku hanya bertugas membawa minyak dari Jambi untuk kemudian diarahkan ke Kandis, Pekanbaru, atau Ujung Tanjung sesuai instruksi setelah sampai di gudang transit.

 

“Kami hanya supir bang, minyak ini mau dibawa ke Pekanbaru, nanti baru diarahkan lagi,” ungkap salah seorang sopir yang enggan disebutkan namanya. Saat ditanya siapa pemilik minyak tersebut, ia menjawab lugas: “Punya Nuri bang, gudangnya di Kandis dan Ujung Tanjung.”

 

Informasi itu diperkuat dengan temuan lain: setiap perjalanan dari Jambi ke Riau selalu menggunakan dua kendaraan, satu untuk mengangkut minyak dan satu lagi bertugas sebagai pengawal. Modus ini menunjukkan adanya sistem pengamanan berlapis yang mengindikasikan jaringan mafia minyak benar-benar terstruktur — mulai dari lapangan, jalur distribusi, hingga dugaan adanya “korlap” di setiap wilayah yang dilewati.

 

Lebih parah, saat awak media mencoba mengintai aktivitas bongkar muat di gudang Nuri di Simpang Gelombang, sopir justru terlihat langsung menelpon seseorang. Diduga, panggilan itu ditujukan ke bagian jaringan mafia minyak untuk mengamankan jalur agar aktivitas tetap lancar tanpa gangguan aparat.

 

Situasi makin panas ketika video gudang Nuri Silalahi di Kandis viral di media sosial TikTok. Dalam hitungan jam, video itu ditonton ratusan ribu kali, memicu gelombang kritik dan kegeraman publik terhadap praktik penimbunan BBM bersubsidi yang semakin terang-terangan. Publik menilai, apa yang viral di media sosial hanyalah secuil dari praktik besar yang sudah lama berjalan, namun hingga kini tak tersentuh hukum.

 

Menanggapi dugaan keterlibatan dirinya, Nuri Silalahi justru memilih bungkam. Saat dikonfirmasi awak media melalui sambungan telepon maupun pesan singkat, ia sama sekali tidak memberikan jawaban. Sikap diam tersebut justru semakin menguatkan sorotan publik bahwa ada sesuatu yang tengah ditutup-tutupi.

 

Sementara itu, Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Riau yang berwenang menangani kasus BBM bersubsidi ilegal, hingga berita ini diterbitkan juga belum memberikan tanggapan resmi. Padahal, publik menunggu langkah konkret aparat untuk menindak tegas jaringan mafia minyak yang sudah terang benderang dan kini viral di media sosial.

 

Pertanyaannya kini makin tajam: ke mana aparat penegak hukum (APH) di Riau? Mengapa kendaraan pengangkut BBM ilegal ini bisa melenggang bebas di jalur lintas timur hampir setiap hari tanpa hambatan? Apakah ada pihak yang sudah “kenyang upeti” sehingga menutup mata dari praktik ilegal yang jelas-jelas merugikan negara miliaran rupiah setiap bulannya?

 

Jika situasi ini terus dibiarkan, bukan hanya kerugian negara yang makin membengkak, tetapi marwah hukum di Riau bisa jatuh sedalam-dalamnya. Publik kini menanti gebrakan nyata dari APH: berani atau tidak membongkar dan menindak tegas jaringan mafia minyak ilegal yang sudah terang benderang, bahkan kini menjadi bahan tontonan viral di jagat maya. (Tim)

Komentar